RESUME SISTEM MUSKULOSKELETAL 1
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Rangka manusia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu bagian poros tubuh (aksial) dan bagian alat gerak (apendikular). Bagian aksial terdiri atas 80 tulang pada manusia dewasa umumnya. Sedangkan bagian apendikular terdiri atas 126 tulang pada manusia dewasa umumnya.
Bagian aksial terdiri dari:
1. Tulang tengkorak terdiri dari:
· Tulang tempurung kepala (os cranium) : Pelindung Otak
· Tulang dahi (os frontale)
. Tulang kepala belakang (os occipitale)
· Tulang ubun-ubun (os parietale)
· Tulang tapis (os ethmoidale)
· Tulang baji (os sphenoidale)
· Tulang pelipis (os temporale)
2. Tulang muka (os splanchocranium)
· Tulang hidung (os nasale)
· Tulang langit-langit (os pallatum)
· Tulang air mata (os lacrimale)
· Tulang rahang atas (os maxilla)
· Tulang rahang bawah (os mandibula)
· Tulang pipi (os zygomaticum)
· Tulang lidah (os hyoideum)
· Tulang pisau luku (os vomer)
3. Tulang dada (os sternum).
Tulang dada terdiri dari tiga bagian yaitu:
· hulu (os manubrium sterni)
· badan (os corpus sterni)
· taju pedang (os xiphoid prosesus)
4. Tulang rusuk (os costae)
· Tulang rusuk sejati (os costae vera)
· Tulang rusuk palsu (os costae sporia)
· Tulang rusuk melayang (os costae fluctuantes)
5. Tulang belakang (os vertebrae)
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale.
Berikut ini adalah bagian dari tulang belakang :
· Tulang leher (os cervical) C 1-7
· Tulang punggung (os thoraxalis) Th 1-12
· Tulang pinggang (os lumbar) L 1-5
· Tulang kelangkang (os sacrum) S 1-5
· Tulang ekor (os cocigeus) Co 1-5
6. Tulang gelang bahu
· Tulang belikat (os scapula)
· Tulang selangka (os clavicula)
7. Tulang gelang panggul
· Tulang usus (os illium)
· Tulang pinggul (os pelvis)
· Tulang duduk (os ichium)
· Tulang kemaluan (os pubis)
Bagian apendikuler terdiri dari:
1. Tulang lengan
· Tulang lengan atas (os humerus)
· Tulang hasta (os ulna)
· Tulang pengumpil (os radius)
· Tulang pergelangan tangan (os carpal)
· Tulang telapak tangan (os metacarpal)
· Tulang jari tangan (os phalanges manus)
2. Tulang tungkai
· Tulang paha (os femur)
· Tulang tempurung lutut (os patella)
· Tulang kering (os tibia)
· Tulang betis (os fibula)
· Tulang pergelangan kaki (os tarsal)
· Tulang telapak kaki (os metatarsal)
· Tulang jari kaki (os phalanges pedis)
Fungsi sistem skeletal :
- Penunjang (mandibular pada gigi)
- Pelindung (cranium melindungi otak) biasanya tulang pipih
- Pergerakan (oleh tulang dengan sendi bebas)
- Penyimpanan lemak dan mineral (99% kalsium, 85% fosfor)
- Hematopoiesis (di cavum medullare, rongga di sumsum tulang)
- Menentukan bentuk tubuh
- Menyangga berat badan
- Melindungi organ visceral
- Memproduksi sel darah (bagian medulla osseum)
- Alat gerak pasif, tempat melekatnya otot untuk bekerja
- Menyimpan mineral kalsium dan fosfor, dikeluarkan bila dibutuhkan
Struktur skeletal atau otot :
· Tiap serabut terdiri :
Dinding sel ( sarcolema ), Plasma sel (sarcoplasma ), Inti sel (nucleus)
· Tiap sel otot (seran lintang ) dibungkus jaringan ikat longgar yang disebut : endomysium
· Beberapa serabut otot dibungkus : perimysium
· Beberapa kelompok serat otot dibungkus : epimysium
Klasifikasi berdasarkan letak, struktur dan bentuknya :
1. Berdasarkan letak :
- axial skeleton.
Tulang yang membentuk sudut tubuh. Contoh (cranium, columna vertebralis, costae)
- Appendicular skeleton. Ekstermitas.
Contoh :
ekstermitas superior : angulum pectoral
ekstermitas bawah : angulum pelvicum
2. Berdasarkan struktur :
- Pars cartilaginosa (tulang rawan) : tersusun atas pericardium
- Pars ossea (tulang keras) tempat pembesaran diameter tulang. :
tersusun atas periosteum ; osteoblast, endosteum ; osteoclast, substanta compacta, substanta spongiosa
3. Berdasarkan bentuk :
a. Os longum (terutama pada skeleton appendiculare)
- Epiphysis : substansia spongiosa, red marrow
- Diaphysis : substansia compacta, yellow marrow (sel lemak), foramen nutrients (canalis nutrients)
- Metaphysis : pertumbuhn perpanjangan tulang
b. Os breve (tulang pendek)
- Cuboid : tulang telapak tangan
- Eksterior : subs. Compacta
- Interior : subs. Spongiosa
c. Os planium (tulang pipih)
Subs. Compacta lebih kecil dari pada subs. Spongiosa. Contohnya os scapula
d. Os irregular
Bentuk tidak beraturan (os vertebrae)
Pembagian otot :
1. Otot skelet / seran lintang / otot lurik. Memiliki desain yang efektif untuk pergerakan yang spontan dan membutuhkan tenaga besar. Pergerakannya diatur sinyal dari sel syaraf motorik. Otot ini menempel pada kerangka dan digunakan untuk pergerakan. 2. Otot polos Otot yang ditemukan dalam intestinum dan pembuluh darah bekerja dengan pengaturan dari sistem saraf tak sadar, yaitu saraf otonom.Otot polos dibangun oleh sel-sel otot yang terbentuk gelondong dengan kedua ujung meruncing,serta mempunyai satu inti 3. Otot jantung Otot yang ditemukan dalam jantung ini bekerja secara terus-menerus tanpa henti, pergerakannya tidak dipengaruhi sinyal saraf.
Menurut fungsinya :
· otot sadar : dipengaruhi syaraf pusat dan sum-sum tulang belakang
· otot tak sadar : dipengaruhi syaraf otonom
Ø Otot Kepala
· M.Frontalis
· M.Oksipitalis
Ø Otot Wajah
· M.Oblique Okuli
· M.Oblikularis Okuli
· M.Levator Palpebra
· M.Triangularis
· M.Quadratus Lobus Superior
· M.Quadratus Lobus Inferior
· M.Bukinator : Untuk proses mengunyah
· M.Zygomatikus
· M.Masseter
· M.Temporalis
· M.Genioglosus
· M.Stiglosus : Terdapat syaraf glosofaringeal untuk proses menelan
Ø Otot Abdominis
· M.Abdominis Interna
· M.Abdominis Eksterna
· M.Rectus Abdominis
· M.Oblique Internus Abdominis
· M.Oblique Eksternus Abdominis
· M.Aponeurosis
· M.Transversus Abdominis
· M.Sharrow Abdominis
· M.Ligamen Kunguinal
· Linea Alba
· Linea Nigra
Sendi.
a. Sendi : tempat dimana 2 tulang/lebih yang saling berhubungan yang dapat menimbulkan gerak atau tidak
b. Komponen penunjang sendi :
- Ligamen : jaringa ikat penghubung tulang-tulang
- Tendon : jaringan ikat penghubung otot dan tulang
- Cairan synovial : cairan pelumas diujung tulang pada kapsul sendi
- Tulang rawan hialin : jaringan tulang rawan menutupi kedua ujung tulang yang membentuk persendian
c. Klasifikasi sendi
- Berdasarkan jaringan penghubung :
· Fibrosa (biasanya sinartrosis)
· Kartilagenosa (amfiartrosis)
· Synovial (diartrosis)
- Hubungan antar tulang (artikulasi) :
· Sinartrosis (tidak ada pergerakan)
· Amfiartrosis (gerakan terbatas)
· Siartrosis (dapat bergerak bebas) : sendi peluru, sendi engsel, sendi pelana, sendi putar, sendi pelantar
Metabolisme Tulang dan Otot
A. Sumber energy otot
- ATP + air ADP + asam fosfat + 1200kal
- Fosfokreatin + ADP keratin + ATP
- Oksidatif fosforilasi
40 ATP dari bahan dasar glukosa atau FFA. Membutuhkan oksigen; butuh waktu lama
- Glikolisis
Tanpa oksigen 4 ATP dan asam laktat; lebih cepat
B. Susunan kimia tulang
- Senyawa anorganik :
§ Terpenting dalam tulang : Ca3(PO4)2
§ Kristal yang sangat keras
§ Fungsi lain Ca dalam tulang : cadangan Ca++ untuk seluruh tubuh
§ Terjadi depotisasi & resorpsi kalsium setiap saat
§ Dilaksanaan oleh sel osteoblast (depotisasi) & osteoklas, berasal dari monosit darah (resorpsi)
§ Karena proses dinamis, dikendalikan oleh hormone (paratiroid, kalsitonin, dan kalsitriol)
§ Logam berat (Pb, Hg, Cd) dan As dapat menggantikan Ca dalam tulang
- Senyawa organic :
§ Glikosaminoglikan (G.A.G)
§ Protein, terutama kolagen
§ G.A.G
§ Kolagen
o Menahan regangan/tarikan dan menahan puntiran/torsi
o Sintetis kolagen sangat menentukan O2 dan juga memerlukan vit.C
o Disintetis oleh fibroblast
Proses Penyembuhan Tulang :
.Proses penyembuhan tulang berlaku dalam 5 peringkat:
1. Peringkat Pembekuan Darah (Heamatoma)
2. Peringkat Proliferasi
3. Peringkat Pembentuaan Kalus
4. Peringkat Konsolidasi
5. Peringkat Pembentukan Semula (Remodelling)
Secara ringkas proses penyembuhan tulang berlaku dalam 5 peringkat: Inflammasi dan pembekuan darah (72 jam pertama) Pembentukan tulang lembut (2 hari ke 2 minggu) Pembentukan tulang keras.( 2-6 minggu) Union (sembuh sepenuhnya)-3-6 bulan
Pembentukan
Proses penyembuhan tulang
Tahap 1 :
Proses pembentukan darah (hematoma)
Apabila tulang menyerap tekanan melampaui keelastikannya, kepatahan berlaku. Proses ini biasanya mengambil masa sehingga 7 hari dari waktu impak. Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk darah beku dan fibrin yang masuk ke kawasan kepatahan. Bekalan darah di kawasan itu meningkat, lalu terbentuklah hematoma yang berkembang menjadi jaringan granulasi sehingga hari kelima.
Tahap 2 : Proses Proliferasi
Pada saat ini terjadi reaksi jaringan fibrous sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan. Fase ini bermula pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke 4 – 8. Point : dalam waktu sekitar 5 hari , hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang akan menhasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan.
Tahap 3 : Proses Pembentukan Kalus
Setelah pembentukan jaringan selluler yang tumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblast dan kemudian pada kondroblast membentuk tulang rawan. Perlu waktu 3-4 minggu untuk frakmen tulang bergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrous.
Tahap 4 : Proses Konsolidasi
Fasa 3 dan 4 bermula pada minggu ke 4 – 8 dan berakhir pada minggu ke 8 – 12 setelah terjadinya fraktur. Point : Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalui proses penulangan endokondrial. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini memerlukan waktu 3-4 bulan.
Tahap 5 : Proses Pembentukan Semula (Remodelling)
Fasa terakhir ini bermula dari minggu ke 8 – 12 dan berakhir sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur. Point : Tahap akhir dari perbaikan patah tulang. Dengan aktifinya osteoblas dan osteoclas, kalus mengalami pembentukan tulang sesempurna mungkin.
Pemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
1. Sinar – X
Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan hubungan tulang. Sinar-X korteks tulang dapat menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan dan tanda iregularitas. Sinar – X sendi dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas, penyempitan, dan perubahan struktur sendi
2. CT Scan (Computed Tomografi Scan)
CT Scan digunakan untuk mengindentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi, seperti asetabulum.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Teknik pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas, misal tumor atau penyempitan jaringan lunak.
4. Skintigrafi Tulang (Pemindai Tulang)
Menggambarkan derajat sejauh mana matriks tulang “mengambil” isotop radioaktif khusus tulang yang diinjeksikan ke dalam sistem tersebut. Pemindai dilakukan empat sampai enam jam setelah isotop diinjeksikan.
5. Biopsi
Dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan sinovium serta untuk membantu menentukan penyakit tertentu. Tindakan yang dilakukan setelah pelaksanaan prosedur adalah memantau adanya edema, perdarahan dan nyeri. Kompres es dapat diberikan untuk mengurangi edema, bahkan pemberian analgetik untuk mengatasi nyeri.
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Pada Masalah Sistem Muskuloskeletal
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Gangguan rasa nyaman:
Nyeri s/d perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan cemas
INTERVENSI
a) Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan meng- gunakan skala nyeri (0-10)
b) Mempertahankan im- mobilisasi (back slab)
c) Menjelaskan seluruh prosedur di atas
d) Pemberian obat-obatan analgesik
RASIONAL
a) Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat me- nentukan jenis tindak annya.
b) Mencegah pergeseran tulang dan pe- nekanan pada jaringan yang luka.
c) Untuk mempersiapkan mental serta agar pasien berpartisipasi pada setiap tindakan yang akan dilakukan.
d) Mengurangi rasa nyeri
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.
Potensial infeksi se- hubungan den..gan luka terbuka.
INTERVENSI
a) Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap ada- nya: edema, rubor, kalor, dolor, fungsi laesa.
b) Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.
c) Mewaspadai adanya keluhan nyeri men- dadak, keterbatasan gerak, edema lokal, eritema pada daerah luka.
d) Pemberian obat-obatan :
antibiotika dan TT (Toksoid Tetanus)
RASIONAL
a) Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.
b) Meminimalkan terjadinya kontaminasi.
c) Untuk mencegah ke- lanjutan terjadinya infeksi. dan pencegah an tetanus.
d) Mempercepat proses penyembuhan luka dan dan penyegahan peningkatan infeksi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
3.
Gangguan aktivitas sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal, nyeri, immobilisasi.
INTERVENSI
a) Kaji tingkat im- mobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi ter- sebut.
b) Mendorong parti- sipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca kora, dll ).
c) Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak.
d) Memberikan diit tinggi protein , vitamin , dan mi- neral.
e) Konsul dengan bagi- an fisioterapi
RASIONAL
a) Pasien akan mem- batasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak pro- posional)
b) Memberikan ke- sempatan untuk me- ngeluarkan energi, memusatkan per- hatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial.
c) Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk me- ningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi, men- cegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.
d) Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB (20 - 30 lb).
Catatan : Untuk sudah dilakukan traksi.
e) Untuk menentukan program latihan.
Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier Masalah Sistem Muskuloskeletal :
Tingkatan pencegahan ini membantu memelihara keseimbangan yang terdiri dari
pencegahan primer, sekunder dan tersier.
a. Pencegahan primer :
terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan pada penguatan flexible lines of defense dengan cara mencegah stress dan mengurangi faktor.faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup : immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup.
b. Pencegahan sekunder
Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor. Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung sistem dan intervensi-intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian.
c. Pencegahan Tersier
Dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada pencegahan primer.
Trauma Sistem Muskuloskeletal
Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena salah satu sebab. Penyebab trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industri, olahraga, dan rumah tangga. Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu lintas ± 12.000 orang per tahun (Chairudin, 1998).
Taruma yang dialami seseorang akan menyebabkan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Biaya yang besar untuk mengembalikan fungsi setelah mengalami trauma.
2. Resiko kematian yang tinggi.
3. Prodiktivitas menurun akibat banyak kehilangna waktu bekerja.
4. Kecatatan sementara dan permanen.
Di masyarakat, seorang perawat atau Ners perlu mengetahui perawatan klien trauma muskuloskletal yang mungkin dijumpai, baik dijalan maupun selama melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit. Selain itu, ia perlu mengetahui dasar-dasar penanggulan suatu trauma yang menimbulkan masalah pada sistem muskuloskletal dengan melakukan penanggulangan awal dan merujuk ke rumah sakit terdekat agar mengurangi resiko yang lebih besar.
Resiko yang lebih fatal yang perlu diketahui adalah kematian. Peristiwa yang sering terjadi pada klien dibagi dalam tiga periode waktu sebagai berikut :
1. Kematian dalam detik-detik pertama sampai menit berikutnya (50%).
Kematian disebabkan oleh laserasi otak dan pangkal otak, kerusakan sumsum tulang belakang bagian atas, kerusakan jantung, aorta, serta pembuluh-pembuluh darah besar. Kebanyakan klien tidak dapat ditolong dan meninggal ditempat.
2. Kematian dalam menit pertama sampai beberapa jam (35%).
Kematian disebabkan oleh perdarahan subdural atau epidural, hematopneumotoraks, robekan limpa, laserasi hati, fraktur panggul, serta fraktur multipel dengan resimo besar akibat perdarahan yang masif. Sebagian klien pada tahap ini dapat diselamatkan dengan pengetahuan dan penanggulangan trauma yang memadai.
3. Kematian setelah beberapa hari ampai beberapa minggu setelah taruma (15%). Kematian
biasanya disebabkan oleh kegagalan beberapa organ atau sepsis. Peran perawat dalam membantu mengurangi resiko tersebut cukup besar. Resiko kegagalan organ dan reaksi sepsis dapat dikurangi secara signifikan dengan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Penanggulangan klien trauma memerlukan peralatan serta keterampilan khusus yang tidak semuanya dapat dilakukan oleh perawat, berhubung keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki setiap Ners bervariasi, serta peralatan yang tersedia kurang memadai. Trauma sistem muskuloskeletal sering tampak dramatis dan ditemukan pada 85% penderita trauma tumpul, tetapi jarang menjadi penyebab ancaman nyawa atau ancaman ekstremitas.
Trauma muskuloskeletal tidak mengubah urutan prioritas resusitasi ( ABCDE ), namun akan menyita perhatian dokter, karena itu trauma muskuloskeletal tidak boleh diabaikan atau ditangani terlambat. Dokter harus menangani penderita secara keseluruhan, termasuk muskuloskeletal, untuk memperoleh hasil yang optimal.
Trauma muskuloskletal biasanya menyebabkan disfungsi struktur disekitarnya dan struktur pada bagian yang dilindungi atau disangganya. Gangguan yang paling sering terjadi akibat trauma muskuloskletal adalah kontusio, strain, sprain dan dislokasi.
Trauma sistem muskuloskeletal sering ditemukan pada zaman kendaraan berkecepatan tinggi seperti sekarang ini. Selain ltu insidensi trauma muskuloskeletal meningkat, sebagian besar disebabkan adanya peningkatan latihan fisik secara rutin pada masyarakat seperti joging, lari dan aktivitas olah raga lainnya. Trauma bisa akut akibat kejadian traumatik tunggal atau bisa kronis akibat efek kumulatif episode trauma ringan berulang. Trauma muskuloskeletal bermacam-macam, dari tekanan ringan pada otot sampai fraktur dengan kerusakan jaringan. Sekitar 80 persen praktek umum ortopedi diakibatkan oleh trauma sistem muskuloskeletal.
Dampak Terjadinya Trauma Sistem Muskuluskeletal
Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan arahnya.
Trauma tajam atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.
Prinsip Penanggulangan
Ada enam prinsip umum penanggulangan trauma sistem muskuluskeletal menurut pusponegoro A.J.(2007),yaitu sebagai berikut :
1. Pertolongan yang aman bagi pasien
2. Pengobatan berdasarkan diagnosis yang tepat
3. Pengobatan yang terarah
4. Perhatikan Laws of Nature
5. Realistik
6. Pertimbangan kasus per kasus
Daftar Pustaka:
Taylor .M Cynthia. 2010. Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lukman. Ns dan Ningsih Nurna. 2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal . Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
http://medrecov.blogspot.co.id/2014/09/penyembuhan-tulang.html
Widyastuti palupi. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC https://andienchandra.wordpress.com/b-i-o-l-o-g-i/sistem-gerak/sistem-muskuloskeletal/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar